Saya sangat kaget, lucu, bercampur aduk setelah mendengarkan dan melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa seorang lelaki yang akrab disebut Saka, yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang kerupuk keliling dengan menggunakan sepeda ontel yang sering lewat di depan rumah saya ini, punya anak.
Awalnya, kita bahas dulu sebelum ke inti berita heboh ini.
Tepat kemarin, saya sedang membeli kerupuknya karena dirasa unik dengan rasanya yang khas. Pokoknya orang ini "ngangenin". Memang kerentaan dan kendurnya kulit-kulit tubuh lelah dari Pak Saka nampak terang, hitam mengkilat-kilat karena terbakar matahari.Tapi, semangatnya seolah tak pernah kendur, itu terbukti melalui teriakan yang khas dan melengking-lengking dengan nada yang nyaring, "Kerupukkkk nih, cuyyyyyssss!
Wah, rasanya kalau sudah mendengar teriakan khas seperti itu, perut mendadak lapar dan tidak ada alasan untuk menghindar daripada menjilati.
Lalu seperti biasa saya menghampirinya, di samping jalan, di sebuah bangku yang terbuat dari bambu itu saya merasa terharu ketika dia curhat bahwa sekarang, kehidupannya tidak seperti yang dulu, karena apa-apa serba mahal. Semakin tua, semakin merasa tak berdaya.
Saya hanya dapat meresponnya dengan ala kadanya, menganggukan kepala seiring dengan mata memandang letih cara dia bernafas. Namun, kehebohan pun lalu muncul saat Warnedi, ketua RT yang gemar guyon itu menghampiri kami, riang dan selalu ceria adalah memang bawaannya. Kemudian mereka berdua berialog :
"Eh, ngobrolin apa, nih?" Tanya Pak RT.
"Ini, Saka lagi galau," jawab saya seraya bercanda.
"Belaga galau, kaya anak kemarin sore aja. Kenapa?" Tanya Pak RT, sementara Pak Saka masih cengengesan saja.
Beberapa saat kemudian dia menjawab, "ya, saya 'kan orang susah, gak seperti Pak RT, perut buncit, bini empat, tanah di mane-mane. Lha, saya? Tanggungannya banyak, pendapatannya seperti angin, gak kerasa, persis kerupuk ini!"
"Tanggungan apa, sih?" Tanya Pak RT sambil senyum-senyum sedikit meledek diiringi dengan menguasap-usap pundak Pak Saka.
"Ya, anak saya itu, dua-duanya sudah mau masuk ke SMA, gimana ini?" Keluh Pak Saka
"Lha, emang sampean punya anak?"
"Ya punya, lha! Wong saya gak mandul!"
"Hahahaha. Lhooo, malah saya baru tahu. Seumur-umur baru tahu. Masa laki-laki punya anak, bukannya yang punya anak itu bini sampean, sampean mah cuman nitip lapak doang, kan?"
"Hahahahah." Saya jadi ikut tertawa. Setelah itu, hanya terdengar bahak tawa di antara kita.
Dari situlah inspirasiku datang untuk dituliskan di Blog Lintas Umum, dan syukur bisa terbaca oleh Jamaah Lintas Umum sekalian, karena sesungguhnya inspirasi menulis itu hadir di lingkungan terdekat kita, tidak jauh-jauh. Mari menulis dengan gila dan liar!
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.