Kerinduanku diguncang galau tak tertahankan.
Oh, kepada engkau, hanya kepada engkau lintas sinar di kelamnya hatiku.
Kepada engkau, kepada engkau mercusuar sukmaku.
Aku mendekap, lantas memeluk erat.
Hangat, hangat, hangat sekali. Aku mendesah menahan nikmat.
Bukan, bukan kira daging berbulu belah yang kumaksud.
Bukan, bukan juga dua buah gantungan dada perempuan yang kutuju.
Melainkan, melainkan engkau yang kuhisap nikmat.
Melainkan, engkau yang kukulum lezat.
Oh, tembakau.Kenapa engkau jadi maha candu bagiku?
Kenapa engkaulah sebagai gairah nafsu membaraku, sayang?
Sebab tanpa engkau, entah mengapa aku tak berdaya.
Sebab tanpa engkau, aku gundah daripada gulana.
Kepada engkau, kepada engkau mercusuar sukmaku.
Aku mendekap, lantas memeluk erat.
Hangat, hangat, hangat sekali. Aku mendesah menahan nikmat.
Bukan, bukan kira daging berbulu belah yang kumaksud.
Bukan, bukan juga dua buah gantungan dada perempuan yang kutuju.
Melainkan, melainkan engkau yang kuhisap nikmat.
Melainkan, engkau yang kukulum lezat.
Oh, tembakau.Kenapa engkau jadi maha candu bagiku?
Kenapa engkaulah sebagai gairah nafsu membaraku, sayang?
Sebab tanpa engkau, entah mengapa aku tak berdaya.
Sebab tanpa engkau, aku gundah daripada gulana.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.