Kubiarkan desas-desus suaramu membuat hatiku pilu.
Angin, engkau membawa suara dari rumah tetangga, kudengarkan ada orang yang sedang mandi.
Sejenak kumenoleh, kudekati arah suara.
Oh, rupanya seorang gadis, gadis yang sudah kukenal lama.
Dia, dia adalah......
Oh, rupanya sang perawan, perawan yang kukenal centil.
Rasa penasaran membuatku semakin mendekati kamar mandi.
Di sana, pada celah lubang yang ada, mata kudekatkan.
Oh, rupanya telanjang bulat, aku tak kuasa memandangnya.
Badanku ngilu, seluruh tubuhku gemetar, nafasku terpenggal-penggal.
Rambutnya, bulunya, payudaranya, kulitnya, kakinya, semuanya basah. Basah tersirami air.
Kulihat matamu berkedip-kedip merasakan dingin dan kesegaran daripada air.
Oh, melihat itu aku mendadak tersesak, hati kecilku tersentak.
Kasihan sekali, sungguh kasihan kau nenek tua, yang sedari siang kerja, dan malam baru sempat mandi.
Tubuhmu yang lusuh termakan usia, begitu lusuh dan layu.
Aku tak tega, tak kuasa terus menatapnya.
Untukmu nenek tua, penjual kue keliling, yang gadis sampai tua, yang hidup sebatang kara. Aku tersentak!
1 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.